Towards the concept of divine justice income: an imaginary dialogue
Abstract
Abstrak
Tulisan ini adalah sebuah dialog imajiner antara dua akuntan yang berbeda latar belakang lingkungan pendidikan. Salah seorang dengan pendidikan sekuler (akuntan-sekuler: Asek) dan seorang lainnya berasal dari lingkungan pendidikan pesantren (akuntan-syariah: Asyah). Keduanya berdialog mengenai konsep income hingga melahirkan sebuah konsep yang mereka sebut sebagai konsep income berkeadilan Ilahi. Konsep income berkeadilan Ilahi mengandung tiga rukun yaitu: rukun paritas, rukun kewargaan, dan rukun pembuktian. Ketiga rukun itu digambarkan seperti struktur lapisan bumi. Tulisan ini menggunakan dialog imajiner sebagai sebuah metode yang dikategorikan dalam paradigma postmodern. Ini adalah sebuah cara unik untuk memberikan pencerahan bagi perkembangan akuntansi syariah.
Abstract
This paper is an imaginary dialogue between two accountants who have different educational background environments. The first accountant is from secular education environment (secular accountant: Asek) and the second accountant comes from pesantren education environment (sharia accountant: Asyah). Both of them discuss about the concept of income to initiate a concept which is called Divine Justice Income. The concept of Divine Justice Income consists of three pillars, namely: parity pillar (rukun paritas), kinship pillar (rukun kewargaan), and social welfare pillar (rukun pembuktian). All pillars are illustrated just like the layer of earth. This paper employs an imaginary dialogue as the method which is categorized as postmodern paradigm. This is a unique way to provide insight for the development of sharia accounting.
Downloads
References
Caporaso, A. J., & Levine, P. D. (2008). Theories of Political Economy. Cambridge: Cambridge University Press.
Choudhury, M. A. (2008). Islam versus liberalism: contrasting epistemological inquiries. International Journal of Social Economics, 35(4), 239–268. doi:10.1108/03068290810854538
Goessoum, N. (2011). Islam’s Quantum: Reconciling Muslim Tradition and Modern Science. London: IB Tauris.
Hines, R. D. (1988). Financial Accounting: in Communicating Reality, We Construct Reality. Accounting, Organizations and Society, 13(3), 251–261.
Irianto, G. (2006). Dilema “Laba” dan Rerangka Teori Political Economy of Accounting (PEA). TEMA, 7(2), 141–53.
Kementerian Agama, R. (2011). Syamil Al-quran Miracle The Reference. (D. penerjemah Alqur’an, Ed.). Jakarta: PT Syamil Cipta Media.
Lehman, C. R. (2006). The bottom line. Critical Perspectives on Accounting, 17, 305–322. doi:10.1016/j.cpa.2003.05.005
Nataatmadja, H. (2010). Ilmu dan Pengetahuan dalam Krisis dan Kritik: Kumpulan Karangan Terpilih 1974-1997 (Pertama). Yogyakarta: Pusat Kajian dan Dokumentasi Karya Hidayat Nataatmaja.
Noch, Y. M. (2013). Analisis Political Economy of Accounting atas Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua. Universitas Brawijaya.
Riahi, A., & Belkaoui. (2006). Accounting Theory (5th ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Riahi, A., & Belkaoui. (2007). Accounting Theory Buku Dua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Siddiqi, M. N. (1989). Toward Islamization of Disciplines. Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought.
Sokarina, A. (2011). Menggagas Dimensi Kinerja Perusahaan Berdasarkan Perspektif Political Economy Of Accounting (PEA). In Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright (c) The Author(s)